WUJUDKAN MIMPI-MIMPI
DARI KERIPIK PISANG
BANYAK ANAK INDONESIA YANG KURANG BERUNTUNG, mereka harus membantu kedua orangtua untuk mencari nafkah. Ada yang mengaso, mengamen atau pun jualan koran. Jika beruntung mereka bias membiayai sekolah. Banyak yang bermimpi untuk bisa melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi, tapi mereka harus bisa mengelola waktu serta uang yang mereka dapatkan. Asalkan mau berusaha pasti bisa.
Itulah yang dialami oleh Sinta yang lahir di Teluk Bentung, 26 Oktober ini. Dilahirkan dikeluarga yang kurang mampu justru membuatnya menjadi seorang pengusaha hebat. Ia termasuk beruntung karena bisa mengejar ilmu hingga ke tingkat universitas. Berawal dari keinginan untuk menambah uang saku, bisnis yang diawalinya dari kecil-kecilan malah membuatnya jadi jutawan.
MEMANFAATKAN PRODUK LOKAL
Ia paham bahwa keluarganya bukan orang berkecukupan materi. Semua berawal ketika ia duduk dibangku SMA kelas 2, ia merasa harus membantu kebutuhan keluarganya. Pilihannya ialah bekerja di sebuah pabrik pisang. Sepulang sekolah ia bekerja disana selama 6 bulan dengan tekun dan mendapatkan upah yang cukup untuk membantu keluarganya.
Sambil bekerja ia juga mempelajari banyak ilmu dalam hal membuat kripik pisang, mulai dari memilih pisang yang baik, cara mengiris dan menggoreng sampai memberikan varisai rasa. Sinta yang kuliah di fakultas Ekonomi, Universitas Lampung ini juga mulai memikirkan dan menghitung secara sederhana omzet yang dihasilkan dibidang itu.
Lampung memang terkenal dengan berbagai makanan olahan dari pisang seperti kripik pisang. Rasanya yang dulu hanya gurih asin, kini dikembangkan menjadi lebih bervariasi. Itulah yang membulatkan tekad Sinta, bermodalkan uang sebanyak 3 juta ia memulai usahanya. Modal itu digunakan untuk membeli bahan-bahan dasar dan peralatan masak. Tak hanya bahan baku pisang saja yang ia coba olah tapi juga hasil bumi lain seperti singkong, ubi jalar, talas dan sukun.
Awal bisnis yang digeluti tidaklah semudah mimpinya, ada masalah yang harus dihadapinya. Pertama adalah standar kualitas bagi para pengusaha keripik pisang, Sinta pun akhirnya dapat menetapkan standar itu pada produknya. Kedua ialah masalah pemasaran, Sinta tidak tahu dimana ia akan memasarkan, karena hampir semua tempat di Lampung sudah ada kripik pisang. Untunglah Sinta memiliki saudara dan dua orang teman yang dapat membantunya dan mengerti akan pekerjaannya. Kedua teman Sinta membantu dalam pengemasan produk dan pemasaran. Awalnya produk Sinta dipasarkan ke sekolah-sekolah dan toko-toko cinderamata yang sering dikunjungi turis.
Karena usaha utamanya adalah keripik, maka Sinta memberi nama Istana Keripik pada produknya. Dan untuk menghormati ibunya ia menambahkan nama Ibu Mery di belakangnya, sehingga menjadi Istana Keripik Ibu Mery. Dulu ibunya sering dihina karena miskin dan tak berpendidikan, itulah mengapa ia menambahkan nama ibunya, agar orang tau bahwa nasib orang bisa berubah kapan saja.
Lama-kelamaan Sinta makin yakin bahwa bisnis adalah pilihan hidupnya. Ia percaya bisnis itu akan mengangkat Sinta dan keluarganya dari kemiskinan dan hidup sejahtera. Sinta ingin memiliki rumah karena dulu mereka sering berpindah-pindah dan kini nampaknya impian tersebut telah terwujud. Sinta juga berhasil mengangkat martabat keluarganya dari kemiskinan.
ULET DAN TANGGUH
Ternyata jiwa berbisnis Sinta sudah mulai terlihat sejak kelas 6 SD karena ia tidak ingin putus sekolah seperti kakak-kakaknya, apakah yang dijualnya saat itu? Sama seperti bisnis yang digelutinya sekarang yaitu Sinta kecil berjualan keripik pisang. Otaknya terus berputar untuk membantu keluarganya. Sinta sempat membantu ayahnya bekerja di bengkel teralis besi ketika SMP.
Keuletannya dan ketangguhannya juga terlihat saat Sinta berusaha mengembangkan keripik pisangnya. Ia beruntung karena rumah orang tuanya berada di pinggir jalan, cukup strategis untuk usahanya. Meski begitu Sinta masih harus memikirkan cara untuk mengembangkan bisnisnya, melihat hamir semua daerah dilampung sudah ada kripik pisang. Bagaimana Sinta harus menghadapi persaingan ini agar dapat bertahan bahkan menjadi usaha turun-temurun?
Sinta sadar bahwa ia harus mengembangkan inovasi, salah satu cara yang dilakukannya dengan memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pelanggannya yaitu membiarkan calon pembeli untuk mencicipi keripik pisang buatannya sebelum membelinya. Sinta juga berhasil mengembangkan 9 rasa kripik diluar rasa yang standar. Dengan begitu pembeli dapat memilih rasa yang disukainya. Ada rasa stroberi, cokelat, keju, dan jagung. Selain itu, ia juga mempertahankan kripik dari umbi-umbian lain, untuk menarik pembeli yang mungkin saja bosan dengan kripik pisang.
Kerja keras memang modal utama Sinta. Tapi ia tidak pernah lupa berdoa agar usahanya selalu berjalan lancar. Sinta juga sadar bahwa kekayaannya sekarang bukanlah miliknya seutuhnya. Karena itu, ia rajin memberikan sumbangan kepada orang yang membutuhkan. Sering kali ia memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan di daerah-daerah yang sering ia kunjungi untuk mengambil bahan baku.
Baru tiga tahun usahanya berjalan, ia sudah bisa membuka lapangan pekerjaan bagi 13 karyawan. Sebagian dari mereka adalah tetangganya sendiri sama seperti waktu dulu ia bekerja pada tetangganya. Meski telah tumbuh menjadi seorang jutawan muda, Sinta tidak berubah menjadi manusia sombong. Ia tetap tampil sebagai wanita rendah hati yang punya segudang mimpi untuk keluarganya tercinta.
sumber : Rhenald Kasali, 2010, "Wirausaha Muda Mandiri, Ketika Anak Sekolah Berbisnis", PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Itulah yang dialami oleh Sinta yang lahir di Teluk Bentung, 26 Oktober ini. Dilahirkan dikeluarga yang kurang mampu justru membuatnya menjadi seorang pengusaha hebat. Ia termasuk beruntung karena bisa mengejar ilmu hingga ke tingkat universitas. Berawal dari keinginan untuk menambah uang saku, bisnis yang diawalinya dari kecil-kecilan malah membuatnya jadi jutawan.
Ia paham bahwa keluarganya bukan orang berkecukupan materi. Semua berawal ketika ia duduk dibangku SMA kelas 2, ia merasa harus membantu kebutuhan keluarganya. Pilihannya ialah bekerja di sebuah pabrik pisang. Sepulang sekolah ia bekerja disana selama 6 bulan dengan tekun dan mendapatkan upah yang cukup untuk membantu keluarganya.
Sambil bekerja ia juga mempelajari banyak ilmu dalam hal membuat kripik pisang, mulai dari memilih pisang yang baik, cara mengiris dan menggoreng sampai memberikan varisai rasa. Sinta yang kuliah di fakultas Ekonomi, Universitas Lampung ini juga mulai memikirkan dan menghitung secara sederhana omzet yang dihasilkan dibidang itu.
Lampung memang terkenal dengan berbagai makanan olahan dari pisang seperti kripik pisang. Rasanya yang dulu hanya gurih asin, kini dikembangkan menjadi lebih bervariasi. Itulah yang membulatkan tekad Sinta, bermodalkan uang sebanyak 3 juta ia memulai usahanya. Modal itu digunakan untuk membeli bahan-bahan dasar dan peralatan masak. Tak hanya bahan baku pisang saja yang ia coba olah tapi juga hasil bumi lain seperti singkong, ubi jalar, talas dan sukun.
Awal bisnis yang digeluti tidaklah semudah mimpinya, ada masalah yang harus dihadapinya. Pertama adalah standar kualitas bagi para pengusaha keripik pisang, Sinta pun akhirnya dapat menetapkan standar itu pada produknya. Kedua ialah masalah pemasaran, Sinta tidak tahu dimana ia akan memasarkan, karena hampir semua tempat di Lampung sudah ada kripik pisang. Untunglah Sinta memiliki saudara dan dua orang teman yang dapat membantunya dan mengerti akan pekerjaannya. Kedua teman Sinta membantu dalam pengemasan produk dan pemasaran. Awalnya produk Sinta dipasarkan ke sekolah-sekolah dan toko-toko cinderamata yang sering dikunjungi turis.
Karena usaha utamanya adalah keripik, maka Sinta memberi nama Istana Keripik pada produknya. Dan untuk menghormati ibunya ia menambahkan nama Ibu Mery di belakangnya, sehingga menjadi Istana Keripik Ibu Mery. Dulu ibunya sering dihina karena miskin dan tak berpendidikan, itulah mengapa ia menambahkan nama ibunya, agar orang tau bahwa nasib orang bisa berubah kapan saja.
Lama-kelamaan Sinta makin yakin bahwa bisnis adalah pilihan hidupnya. Ia percaya bisnis itu akan mengangkat Sinta dan keluarganya dari kemiskinan dan hidup sejahtera. Sinta ingin memiliki rumah karena dulu mereka sering berpindah-pindah dan kini nampaknya impian tersebut telah terwujud. Sinta juga berhasil mengangkat martabat keluarganya dari kemiskinan.
ULET DAN TANGGUH
Ternyata jiwa berbisnis Sinta sudah mulai terlihat sejak kelas 6 SD karena ia tidak ingin putus sekolah seperti kakak-kakaknya, apakah yang dijualnya saat itu? Sama seperti bisnis yang digelutinya sekarang yaitu Sinta kecil berjualan keripik pisang. Otaknya terus berputar untuk membantu keluarganya. Sinta sempat membantu ayahnya bekerja di bengkel teralis besi ketika SMP.
Keuletannya dan ketangguhannya juga terlihat saat Sinta berusaha mengembangkan keripik pisangnya. Ia beruntung karena rumah orang tuanya berada di pinggir jalan, cukup strategis untuk usahanya. Meski begitu Sinta masih harus memikirkan cara untuk mengembangkan bisnisnya, melihat hamir semua daerah dilampung sudah ada kripik pisang. Bagaimana Sinta harus menghadapi persaingan ini agar dapat bertahan bahkan menjadi usaha turun-temurun?
Sinta sadar bahwa ia harus mengembangkan inovasi, salah satu cara yang dilakukannya dengan memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pelanggannya yaitu membiarkan calon pembeli untuk mencicipi keripik pisang buatannya sebelum membelinya. Sinta juga berhasil mengembangkan 9 rasa kripik diluar rasa yang standar. Dengan begitu pembeli dapat memilih rasa yang disukainya. Ada rasa stroberi, cokelat, keju, dan jagung. Selain itu, ia juga mempertahankan kripik dari umbi-umbian lain, untuk menarik pembeli yang mungkin saja bosan dengan kripik pisang.
Kerja keras memang modal utama Sinta. Tapi ia tidak pernah lupa berdoa agar usahanya selalu berjalan lancar. Sinta juga sadar bahwa kekayaannya sekarang bukanlah miliknya seutuhnya. Karena itu, ia rajin memberikan sumbangan kepada orang yang membutuhkan. Sering kali ia memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan di daerah-daerah yang sering ia kunjungi untuk mengambil bahan baku.
Baru tiga tahun usahanya berjalan, ia sudah bisa membuka lapangan pekerjaan bagi 13 karyawan. Sebagian dari mereka adalah tetangganya sendiri sama seperti waktu dulu ia bekerja pada tetangganya. Meski telah tumbuh menjadi seorang jutawan muda, Sinta tidak berubah menjadi manusia sombong. Ia tetap tampil sebagai wanita rendah hati yang punya segudang mimpi untuk keluarganya tercinta.
sumber : Rhenald Kasali, 2010, "Wirausaha Muda Mandiri, Ketika Anak Sekolah Berbisnis", PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
mau donk beli keripik pisangnya, v saya disamarinda, gimana caranya.???
BalasHapustolong kasih kabar ke email saya y mba.!!!
BalasHapusrifaicaem28@yahoo.co.id
Terima kasih.